Minggu, 03 Januari 2010

PEMBAHASAN
PAI dalam Membentuk Insan Kamil


A. Pengertian Pendidikan Agama Islam.
Menurut Drs.Abu Ahmadi dalam bukunya sejarah pendidikan, disebutkan bahwa “pendidikan adalah semua kegiatan orang dewasa yang mempunyai nilai paedagogis bagi anak”.
Sedangkan menurut Drs. M. Ngalim Purwanto dalam bukunya ilmu pendidikan teoristis dan praktis, disebutkan bahwa “Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.”
Jika pendidikan ditinjau dari sudut hakekatnya, maka dapat dikatakan bahwa:
“Hakekat pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar unntuk membimbing dan mengembangkan kepribadin serta kemampuan dasar anak didik dalam bentuk pendidikan formil dan nonformil.”
Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu proses yang ditempuh untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas.

B. Pengertian Insan Kamil.
Insan kamil merupakan sosok manusia yang mempunyai kepribadian muslim yang sempurna. Insan berarti menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada totalitas, bukan berarti fisiknya namun dari segi sifatnya. Sedangkan kata yang berarti sempurna, hal ini digunakan untuk menunjukkan pada zat dan sifat.
Menurut Murthadho Muttari manusia sempurna (Insan Kamil) yakni mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan.
Orang islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan penyiaran dan pembelaan serta penegakkan agama islam. Dalam surah al-Anfal : 60, disebutkan agar orang islam mempersiapkan kekuatan dan pasukan berkuda untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan pula dengan menguasai keterampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
2. Cerdas serta pandai.
Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan (banyak memiliki informasi). Didalam surah az-Zumar : 9 disebutkan sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
3. Ruhani yang berkualitas tinggi.
Kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah, atau kalbu yang taqwa kepada Allah. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnya shalat, ia shalat dengan khusuk (al-Mukmin:1-2), bila mengingat Allah kulit dan hatinya tenang (az-Zumar:23), bila disebut nama Allah bergetar hatinya (al-Hajj:34-35), bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis (Mariyam:58, al-Isra’: 109).

C. Proses Pembentukan Insan Kamil
1. Proses Pembentukan Kepribadian.
Dapat dipahami bahwa insan kamil merupakan manusia yang mempunyai kepribadian muslim yang diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti kata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan teman, tamu, orang tua, guru, teman sejawat, anak famili dan lain-lainnya. Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, tidak dengki dan sikap terpuji lainnya yang timbul dari dorongan batin, yakni terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah SWT, yang dalam istilah lain disebut akhlak mulia yang ditempuh melalui proses pendidikan Islam. Sabda Rasululah SAW:

“sesungguhnya aku diutus adalah untuk membetuk akhlak mulia”
Dalam kaitan dengan hal itu dalam satu hadits beliau perna bersabda :
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”.

Tampak jelas bagaiman eratnya hubungan antara keimanan seseorang dengan ketinggian akhlaknya, Muhammad Abdullah Darraz mengemukakan bahwa “ Pendidikan akhlak berfungsi sebagai pemberi nilai Islam”. Dengan adanya nilai-nilai islam itu dalam diri seseorang atau ummah akan terbentuklah kepribadiannya sebagai kepribadian muslim.

2. Kepribadian Muslim.
Kepribadian muslim dapat dilihat dari kepribadian orang perorang (individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelektual yang dimilikinya. Kepribadian ummah merupakan kepribadian yang satu, tidak terpisah melainkan terintegrasi dalam satu pola kepribadian yang sama.

a. Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Individu.
Proses pembentukan kepribadian muslim sebagai individu dapat dilakukan melalui tiga macam pendidikan.
1. Pranata Education (Tarbiyah Golb Al-Wiladah).
Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara tidak langsung. Proses ini dimula disaat pemilihan calon suami atau istri dari kalangan yang baik dan berakhlak. Sabda Rasulullah SAW : “ Pilihlah tempat yang sesuai untuk benih (mani) mu karena keturunan. Kemudian dilanjutkan dengan sikap prilaku orang tua yang islam”.


2. Education by Another (Tarbiyah Ma’aghoirih).
Proses pendidikan ini dilakukan secara langsung oleh orang lain (orang tua di rumah tangga, guru di sekolah dan pemimpin di dalam masyarakat dan para ulama). Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui sesuatu tentang apa yang ada dalam dirinya dan diluar dirinya. Firman Allah SWT :

(Dan Allah mengeluatkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui apapun dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati”) ( Q.S. An-Nahl : 78 ).

Oleh karena itu diperlukan orang lain untuk mendidik manusia supaya dia mengetahui tentang dirinya dan lingkungannya.
3. Self Education (Tarbiyah Al-Nafs).
Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain seperti membaca buku-buku, majalah, Koran dan sebagainya melalui penelitian untuk menemukan hakikat segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Menurut Muzayyin, Self Education timbul karena dorongan dari naluri kemanusiaan yang ingin mengetahui. Ia merupakan kecenderungan anugrah Tuhan. Dalam ajaran islam yang menyebabkan dorongan tersebut adalah hidayah. Firman Allah SWT :

(“Tuhan kami adalah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadiannya kemudian memberinya petunjuk”).(QS. Thoha:50)

b. Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Ummah.
Komunitas muslim ini disebut ummah. Abdullah al-Darraz membagi kajian pembentukan itu menjadi empat tahap, sebagaimana dikutip sebagai berikut :
a) Pembentukan nilai-nilai Islam dalam keluarga.
Bentuk penerapannya adalah: dengan cara melaksanakan pendidikan akhlak di lingkungan rumah tangga, langkah-langkah yang di tempuh adalah:
 Memberikan bimbingan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.
 Memelihara anak dengan kasih saying
 Member tuntunan akhlak kepada anggota keluarga.
 Membiasakan untuk menghargai peraturan-peraturan dalam rumah tangga.
 Membiasakan untuk memenuhi hak dan kewajiban antara kerabat seperti silatuhrahmi.

b) Pembentukan nilai-nilai islam dalam hubunga sosial.
Kegiatan pembentukan hubungan sosial mencangkup sebagai berikut:
 Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan keji dan tercela seperti menipu, membunuh dan menjadi rentenir.
 Mempererat hubungan kerjasama.
 Menggalakan perbuatan terpuji dan member manfaat dalam kehidupan bermasyarakat seperti memaafkan, dan menepati janji.
 Membina hubungan menurut tatatertib seperti berlaku sopan, meminta izin ketika masuk rumah berkata baik serta menjawab salam.
Perbuatan nilai-nilai islam dalam berkehidupan sosial bertujuan untuk menjaga dan memelihara keharmonisan hubungan antar sesame anggota masyarakat.



c) Pembentukan nilai-nilai islam dalam kehidupan berbangsa.
Membentuk nilai islam dalam kehidupan berbangsa diarahkan dalam pembinaan hubungan antar sesame warga dan juga hubungan antar rakyat dengan kepala Negara.
Adapun upaya untuk membentuk nilai-nilai islamdalam konteks ini antara lain:
 Keapala Negara menerapkan prinsip musywarah, adil, jujur, dan tangung jawab.
 Masyrakat muslim berkewajiban menaati peraturan, menghindari diri dari perbuatan yang merugikan kehormatan hidup bangsa.
d) Pembentukan nilai-nilai islam dalam hubungan dengan Tuhan.
Sebagai muslim hendaknya senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT, nilai-nilai islam yang diterapkan dalam membina hubungan itu mencangkup:
 Senantiasa beriman kepada Allah.
 Bertakwa kepada-Nya.
 Menyatakan syukur atas segala nikmat Allah dan tak berputus asa dalam mengharap rahmat-Nya.
 Berdoa kepada Allah, menyucikan diri, mengagungkan-Nya, serta senantiasa mengingat-Nya.
 Mengantungkan niat atas segala perubahan kepada-Nya.
Realisasi dari pembinanan hubungan yang baik kepada Allah ini adalah cinta kepada Allah.
Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyrakat maupun ummah tujuan utamanya adalah: guna menrealisasikan diri, baik secara pribadi maupun secara komunitas untuk menjadi pengabdi allah yang setia, tunduk dan patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang diberikan Allah.


3. Kepribadian Muslim sebagai khalifah.
Manusia dengan segala kelebihannya dianggap mampu mengemban tugas sebagai khalifah dimuka bumi. Dia menganugrahi manusia pikiran, kecenderungan, kecerdasan dan pertimbangan yang berveda.
Untuk menjalankan tugas-tugas sebagai khalifah, Allah memberikan seperangkat perlengkapan yang diperlukan manusia diantaranya :
• Potensi Tauhid.
(Q.S. 7 : 172) yang artinya : “Bukankah Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab betul (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi kemudian menyempurnakan bentuk kejadian dan penghembusan ruh”.
(Q.S. 15-24) yang artinya : “Maka Apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalam ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”.
• Potensi Akal (Nalar) yang juga secara simbolis dikemukakan dalam proses penciptaan Adam As.
“Aku telah membentuknya dan menghembuskan kepadanya ruh-Ku. (Q.S:6, 15, 29)
D. Fungsi Pendidikan Agama Islam.
Seperti diketahui bahwa pembinaan mental anak didik tidaklah dimulai dari sekolah, akan Tetapi dimulai dari rumah (keluarga), sejak si anak dilahirkan ke titik maksimal yang dapat sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan. Mula-mula ibu bapaknya, kemudian dari anggota keluarga yang lain (saudara) dan kemudian dari lingkungan masyarakatnya.
DR. Zakiah Dradjat dalam bukunya “kesehatan mental” mengemukakan tentang pentingnya fungsi pendidikan islam baik di rumah, disekolah maupun dilingkungan masyarakat.

Beliau mengatakan bahwa: pendidikan agama islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama islam itu sendiri.
Aspek pertama dari pendidikan agama islam adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan kepribadian. Artinya bahwa melalui pendidikan agama islam ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya Allah swt.
Aspek kedua dari pendidikan agama islam adalah yang ditujukan kepada aspek pikiran (intelektual), yaitu pengajaran agama islam itu sendiri.artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah swt, beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi, makna yang terkandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajarann-Nya) tidak dimengerti dan dipahami secara benar. Disini anak didik tidak hanya sekedar diinformasikan tentang perintah dan larangan, akan tetapi justru pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana beserta argumentasinya yang dapat diyakini dan diterima oleh akal.
Fungsi pendidikan agama islam dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan agama islam adalah:
1. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar menyakini ke-esaan allah swt,pencipta semesta alam beserta seluruh isinya; biasanya dimulai dengan menuntunnya mengucapkan la ilaaha illallah.
2. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang (hukum halal dan hukum haram ).
3. Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut hablumminallah maupun ibadah yang menyangkut hablumminannas.
4. Mendidik anak didik agar mencintai Rasullullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta membaca al-qur’an.
5. Mendidik anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agam islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi yang berdasarkan kepada ajaran al-qur’an dan sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.














KESIMPULAN
Dari penjelasan makalah diatas dapat kami simpulkan pendidikan agama islam dalam membentuk insan kamil merupakan suatu manusia yang mempunyai kepribadian seorang muslim yang diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai cirri khas keseluruhan tingkah laku baik yang diampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinya.
Insan kamil sendiri merupakan suatu sosok manusia yang mempunyai kepribadian muslim yang sempurna. Insan berarti menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada totalitas, bukan berarti fisiknya namun dari segi sifatnya. Sedangkan kata yang berarti sempurna, hal ini digunakan untuk menunjukkan pada zat dan sifat.
Dalam hal ini kepribadian muslim merupakan suatu yang lebih abstrak atau suatu yang terlihat lagi dari pada kedewasaan rohaniah. Hakekat pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar unntuk membimbing dan mengembangkan kepribadin serta kemampuan dasar anak didik dalam bentuk pendidikan formil dan nonformil.
Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu proses yang ditempuh untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas. Dan insan kamil sendiri mempunyai cirri-ciri sebagai berikiut:
 Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan.
 Cerdas serta pandai.
 Ruhani yang berkualitas tinggi.
Jadi dari tiga cirri-ciri insan kamil diatas merupakan suatu raga yang sehat serta kuat dalam berketrampilan dan cerdas dalam berfikir serta mempunyai jiwa atau ruhnya yang berkuatas tinggi dalam pendidikan agama islam untuk membentuk insan khamil atau orang yang mempunyai kepribadian muslim yang sempurna.



DAFTAR PUSTAKA
Hawi, Akmal, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama, IAIN Raden Fatah Press, 2008.
Hawi, Akmal, Kopetensi Guru Pendidikan Agama Islam, IAIN Raden Fatah Press, 2006.
http/meetabied.wordpress.com/2009/10/30/tujuan-pendidikan-agama-islam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar